dakwahmahasiswa.or.id

Nikmat Allah Perspektif Kang Imaduddin Abdulrahim

Nikmat Allah adalah hal yang sangat sering dibahas oleh Kang Imad. nikmat karena segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk dapat hidup senantiasa sudah Allah berikan kepada makhluknya walaupun kadangkala nikmat itu baru dirasakan dan diketahui secara ilmiah. Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa berterima kasih atau bersyukur merupakan tugas yang paling penting  bagi manusia dalam hidupnya baik secara lisan maupun tindakan. oleh karena itu, segala nikmat Allah SWT yang tak terhingga banyaknya itu perlu bagi kita bagi menjadi beberapa kelas yaitu :

  1. Nikmat Hidup

Nikmat hidup adalah salah satu jenis nikmat yang paling dasar dan umum dalam daftar nikmat Allah SWT. Dalam rangkaian karunia Ilahi, nikmat ini dianggap sebagai yang paling rendah dan paling murah. Ini bukan karena tidak berharga, tetapi karena ia diberikan secara luas, bahkan kepada makhluk yang tidak berpikir seperti hewan. Kehidupan yang menyenangkan tidak hanya mencakup keberadaan fisik seseorang, tetapi juga perlengkapan yang menyertainya, seperti keinginan untuk makan, minum, dan tidur, serta kemampuan dasar seperti berpikir, mendengar, dan melihat.

Ini adalah perlengkapan dasar yang dibutuhkan makhluk hidup untuk bertahan di Bumi. Karena itu, sebagai karunia umum dari Allah SWT, manusia diberi kelengkapan fisik dan naluri sebagaimana makhluk lainnya. Namun, karena sifatnya yang sangat dasar dan sering dianggap sebagai “biasa”, karunia ini paling sering diabaikan dalam kesadaran syukur manusia. Menurut Al-Ghazali, banyak orang lalai mensyukuri nikmat yang paling dekat dengan mereka karena terlalu terbiasa hingga melupakan keistimewaannya. Oleh karena itu, menjadi sadar akan nikmat hidup sebagai karunia awal yang diberikan Allah kepada semua makhluk adalah langkah penting menuju kesyukuran yang lebih dalam.

  1. Nikmat Kemerdekaan

Kemerdekaan adalah nikmat yang lebih tinggi dan unik bagi manusia, setelah nikmat hidup. Nikmat kemerdekaan ini mencakup kemerdekaan batin yang memungkinkan manusia berpikir, merasa, memilih, dan bertindak secara sadar; itu bukan hanya bebas dari ikatan fisik atau tekanan dari luar. Akal dan rasa (emosi atau qalb) adalah dua instrumen agung yang diberikan Allah kepada manusia untuk mengaktualisasikan nikmat ini. Akal memungkinkan manusia berpikir logis, belajar, dan membedakan yang benar dan salah. Rasa, di sisi lain, menjadi tempat tumbuhnya iman, kasih sayang, empati, dan spiritualitas.

Inilah yang membedakan manusia dari makhluk lain: hanya manusialah yang dapat mencapai kemuliaan hidup dengan menyatukan fungsi akal dan rasa secara harmonis. Semakin baik penggunaan akal dan rasa seseorang, semakin besar kemerdekaan dan kemanusiaannya. Jadi, mensyukuri nikmat akal berarti menggunakannya untuk menemukan kebenaran dan belajar lebih banyak lagi; mensyukuri nikmat rasa berarti meningkatkan sensitivitas spiritual, meningkatkan iman, dan membangun hubungan baik dengan sesama. Seperti yang dinyatakan oleh Imam Al-Ghazali, akal adalah cahaya melalui mana manusia memperoleh pengetahuan, dan hati (qalb) adalah wadah iman yang mengarahkan manusia pada kedekatan dengan Allah SWT. Hanya manusia yang dapat bersyukur atas kedua nikmat agung ini yang akan diberi keduanya secara sempurna dan terpadu.

  1. Nikmat Hidayah

Nikmat hidayah adalah yang paling mulia dan paling tinggi dari semua jenis nikmat Allah SWT. Hidayah tidak diberikan kepada semua orang, berbeda dengan nikmat hidup dan kemerdekaan yang umumnya diberikan kepada semua orang. Ini adalah hidayah, atau petunjuk, yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk menemukan kebenaran, jalan yang benar, dan kehidupan yang diridhai. Allah melengkapinya dengan dua komponen utama, yaitu ilmu dan iman. Iman adalah energi ruhani yang menguatkan hati untuk memilih dan menempuh jalan yang benar, sedangkan ilmu adalah cahaya yang menuntun akal untuk memahami hakikat.

Kedua perangkat ini, bagaimanapun, tidak akan berfungsi tanpa jihad—kesungguhan dan perjuangan untuk mencari, mempertahankan, dan mengamalkan kebenaran. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 69.

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ

Artinya “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” 

Karena itu, hidayah sejati adalah hasil dari pencarian yang tulus, perjuangan yang tidak berhenti, dan kerendahan hati dalam menerima kebenaran. Mensyukuri nikmat ini berarti mempertahankan ilmu agar tidak menyimpang dari iman dan memastikan bahwa iman terus didukung oleh amal dan ilmu. Ini adalah anugerah yang membantu orang hidup di dunia serta menyelamatkan mereka di akhirat.

Share :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *